Jakarta, 7 Oktober 2024 – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga (Q3) tahun 2024 berhasil mencapai 5,2% secara tahunan (year-on-year), menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Capaian ini menunjukkan ketahanan ekonomi nasional di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, termasuk ketegangan geopolitik dan fluktuasi harga komoditas.
Kepala BPS, Suhariyanto, menyatakan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh sektor konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor komoditas utama seperti batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), dan produk manufaktur. “Konsumsi domestik tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi, didukung oleh stabilnya daya beli masyarakat dan program subsidi pemerintah,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Pendorong Utama: Konsumsi dan Investasi Pertumbuhan Ekonomi
Sektor konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 5,1% pada Q3 2024, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi pasca pandemi. Pemerintah terus mendorong konsumsi melalui program subsidi energi dan bantuan sosial yang ditargetkan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Selain itu, berbagai acara dan kegiatan pariwisata yang digelar sepanjang kuartal ini juga memberikan dorongan positif terhadap sektor konsumsi.
Sementara itu, sektor investasi tumbuh 6,5%, didukung oleh peningkatan realisasi investasi langsung baik dari dalam negeri maupun asing. Investasi di bidang infrastruktur, teknologi, dan sektor manufaktur menunjukkan tren positif, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan Ekonomi Ekspor Komoditas Tetap Menjadi Andalan
Meski harga beberapa komoditas mengalami volatilitas di pasar internasional, ekspor Indonesia masih mampu tumbuh sebesar 4,3% pada kuartal ini. Batu bara dan CPO tetap menjadi komoditas andalan yang menyumbang signifikan terhadap nilai ekspor. Selain itu, produk manufaktur seperti tekstil dan otomotif juga menunjukkan peningkatan permintaan di pasar global.
Namun, pemerintah mewaspadai potensi penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti China dan Amerika Serikat yang tengah menghadapi perlambatan ekonomi. “Diversifikasi pasar ekspor menjadi langkah strategis kami untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu atau dua negara saja,” kata Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan.
Inflasi dan Stabilitas Rupiah Terjaga
Dalam laporan BPS, inflasi pada Q3 2024 tercatat stabil di angka 3,1%, berada dalam rentang target Bank Indonesia (BI) sebesar 2-4%. Harga pangan yang relatif terkendali serta stabilnya harga energi berkontribusi terhadap rendahnya inflasi. BI juga mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung stabil di kisaran Rp 15.200 per dolar, meski ada tekanan dari penguatan dolar global. BI mengaku siap melakukan intervensi jika diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Tantangan Ke Depan: Ketidakpastian Eksternal
Meskipun capaian Q3 2024 positif, sejumlah tantangan eksternal dapat mempengaruhi prospek ekonomi pada kuartal berikutnya. Perlambatan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, serta ketegangan geopolitik di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur masih menjadi risiko yang harus diwaspadai.
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q3 2024 menunjukkan hasil yang positif di tengah ketidakpastian global. Namun, kewaspadaan terhadap faktor eksternal dan upaya diversifikasi ekonomi tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi nasional.